Jakarta,TERBITINDO.COM – Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan banyak dipuji saat acara peluncuran buku berjudul ‘Anies Baswedan: Gagasan, Narasi, dan Karya’.
Pujian itu disampaikan oleh beberapa orang, di antaranya dari penulis buku tersebut yakni Abdurrahman Syehbubakar dan Smith Alhadar.
Abdurrahman mengungkapkan buku yang ditulisnya merupakan usaha untuk melakukan sharing wawasan, sebagai bagian dari pendidikan politik di Indonesia.
“Apa yang akan kami sampaikan secara singkat adalah pokok pikiran yang tertuang secara eksplisit maupun implisit di dalam buku ini,” ungkapnya di Drumah Kita, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat, (15 /7/2022).
Anies Baswedan Pemimpin Otentik
Abdurrahman mengatakan jika melihat realitas politik di Indonesia, ada empat tipe pemimpin. Pertama, pemimpin otentik. Tipe ini merupakan pemimpin yang visioner, gagasannya besar, dan mampu menerjemahkan gagasan itu ke dalam kebijakan.
Tipe pemimpin ini juga mampu menerjemahkan sumber daya baik di pemerintah maupun nonpemerintah untuk mengeksekusi kebijakan.
“Yang paling penting, tipe pemimpin ini memiliki keberanian politik untuk berhadapan dengan anasir-anasir jahat dalam ekonomi politik kita,” ujar dia
Kedua kata Abdurrahman pemimpin dengan visi besar, tapi sebatas retorika dan mimpi. Tipe pemimpin ini tidak mampu menerjemahkan visinya ke dalam kebijakan. Ketiga, pemimpin yang cakap pada tataran operasional dan program, tapi tidak memiliki gagasan besar.
Tipe keempat, yang paling celaka adalah pemimpin yang disebut ignorant leader, tidak memiliki gagasan dan eksekusinya amburadul, dan menjadi bagian dari episentrum oligarki serta korupsi.
“Itu boleh dikatakan sebagai pemimpin plastik,” kata dia.
Dalam buku yang ditulisnya itu, Anies Baswedan, mulai dari gagasan, narasi, dan karya, serta berdasarkan kualitas personalnya, boleh dikatakan sebagai pemimpin otentik.
“Kami meyakini berdasarkan kriteria objektif yang kami gunakan, parameter rasional, Mas Anies ini boleh dikatakan dekat dengan kriteria pemimpin otentik kalau tidak mau dikatakan pemimpin otentik,” tutur dia.
Pemenuhan 23 janji politik Anies Baswedan
Menurut Abdurahman, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu memiliki 23 janji politik saat menjabat sebagai Gubernur DKI. Dia menilai bahwa semua janjinya sudah dipenuhi yang tidak asal dipenuhi. Bahkan pemenuhan janji politik seorang Anies Baswedan jauh melebihi ekspektasi.
“Tidak asal dipenuhi, jauh melebihi ekspektasi proyeksi kita, jauh melampaui apa yang kita harapkan, apa yang kita idealkan ketika beliau menenanghkan pertarungan politik elektoral di DKI,” jelas dia.
Abdurrahman menilai pun Anies merupakan seorang intelektual dengan gagasan besar dan mampu menerjemahkan gagasan itu ke dalam kebijakan yang tepat. Salah satu contohnya soal keadilan sosial, yang diterjemahkan ke dalam inklusive social protection.
“Itu beliau terjemahkan secara rill di lapangan.”
Program lainnya ada untuk lanjut usia, anak-anak penyandang disabilitas, dan yang unik dari kebijakan Anies di DKI melibatkan stakeholder bukan hanya di pemerintah, tapi juga non pemerintah. Jadi, kata Abdurrahman, ada gerakan kolaborasi di berbagai sektor, mulai dari pendidikan, kesehatan, UMKM, persampahan, permukiman, dan sebagainya.
“Sudah ada lebih dari 100 kolaborator dan yang diberikan manfaat melalui program ini sudah ratusan ribu keluarga, baik itu masyarakat miskin maupun yang rentan miskin,” tutur dia.
Lebih lanjut Abdurrahman mengatakan bahwa kebijakan yang dipilih Anies Baswedan selalu berbasis ilmu pengetahun, termasuk dalam penanganan Covid-19. Kemudian soal pembangunan manusia, ini dijadikan panglima, dan juga sangat komitmen terhadap demokrasi dan pemberantasan korupsi.
“Santai kalau di kritik, buzzer-buzzer ini kan banyak yang menyerang beliau tapi santai saja. Malah yang gemes itu para pendukungnya. Nah jaringan dan informasi internasional juga luar biasa,” tutur Abdurrahman.
Sementara penulis lainnya, Smith Alhadar, mengatakan bahwa Anies Baswedan merupakan satu-satunya pemimpin nonpresiden yang telah menjalankan politik luar negeri yang efektif. Dia mencontohkan saat acara Formula E, tidak ada satu pun BUMN yang menjadi sponsor, tapi dengan mudah bisa menghubungi perusahaan luar negeri.
“Semua beramai-ramai datang ke Indonesia untuk menjadi sponsor. Iini tidak mungkin kalau mereka tidak percaya sama pemimpin ini,” ujar Smith.
Ke depan, Smith melanjutkan, Indonesia membutuhkan pemimpin yang dipercaya. Karena akan menghadapi utang luar negeri, membutuhkan pemimpin yang bisa berkontribusi kepada kepentingan nasional dengan memudahkan kebijakan luar negeri.
“Jangan yang tidak mengerti tentang hubungan internasional.”tutupnya.
Akbar Saki