Jakarta,TERBITINDO.COM – Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Solidaritas Indonesia (PSI) mengatakan para pelaku pengeroyok Ade Armando diduga mantan anggota dan simpatisan Front Pembelas Islam (FPI) dan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).
Para simpatisan FPI dan HTI ini menjadi Relawan Anies Baswedan, kemudian ikut aksi 11 April 2022 dan mengeroyok dosen Universitas Indonesia (UI), Ade Armando.
“Screenshot percakapan di grup WhatsApp relawan Anies Apik 4 bisa menjadi pertanda bahwa anggota dan simpatisan FPI dan HTI kini melebur dalam Relawan Anies,” kata Grace Natalie di kanal YouTube CokroTV, Rabu (13/4/2022).
Grace pun menduga Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan merekrut para mantan anggota FPI dan HTI untuk menjadi relawan.
“Jika ini yang terjadi, maka aspirasi FPI dan HTI akan terus hidup, dan bahkan kini diperjuangkan melalui jalur politik, yaitu melalui Gubernur Anies,” tegas Grace.
Dalam sebuah wawancara di media beberapa bulan lalu, Grace menyebutkan bahwa Gubernur Anies pernah membantah bahwa dirinya ektremes dan radikal.
“Pak Anis, Anda boleh saja mengelak, namun jika benar relawan dan pendukung Pak Anies beririsan dengan kelompok ekstremis dan radikal, mendiamkan kelompok-kelompok ini artinya sama dengan Pak Anies memberi ruang kepada radikalisme dan ekstremisme untuk tumbuh dan berkembang di Indonesia,” terang Grace.
Ia pun meminta polisi untuk mengusut tuntas pelaku pengeroyok Ade Armando.
“Saya berharap aparat dapat menemukan siapa aktor intelektual yang bertanggung jawab atas insiden kemarin,” imbuh mantan presenter TV swasta ini.
Grace yakin penumpang gelap demo 11 April 2022 telah dimobilisasi dan didanai oleh aktor intelektual.
“Tidak mungkin ada mobilisasi massa jika tidak ada yang mengatur dan mendanai,” katanya.
“Paling tidak mereka ini butuh uang transport untuk bisa datang dan menghadiri aksi demo itu,” tambahnya.
Aktor intelektual bersama para pelaku penganiayaan Ade Armando kata Grace harus dihukum seberat-beratnya.
“Karena mereka tidak hanya mengancam jiwa seorang warga sipil, namun juga telah menciderai demokrasi di Indonesia,” pungkas Grace.
Akbar Saki