Jakarta,TERBITINDO.COM – TikTok masuk kategori media sosial pilihan Partai Politik. Pasalnya TikTok mampu meningkatkan popularitas politikus dan partai politik. Diketahui TikTok menyediakan fitur unik yang memungkinkan propaganda dapat menjangkau publik yang lebih luas karena model berbagi kontennya yang terbilang baru.
Dilansir dari Conversation, Fitur baru TikTok ini jika dibandingkan dengan media sosial yang lain, tidak mengandalkan jumlah pengikut melainkan berfokus pada konten itu sendiri.
Artinya, siapa pun yang dapat membuat konten yang “cukup menarik” dapat membuka “for your page”, yang akan membuka pintu peluang bagi oportunis politik untuk mendorong narasi politik dengan membuat konten audio-visual yang menarik.
Lewat sistem ini, pesan propaganda radikal dapat mendorong munculnya pengikut fanatik karena TikTok akan mendorong konten serupa untuk pengguna. Model ini dapat menciptakan gelembung informasi yang akan diterima pengguna dan mempengaruhi pandangan cara pandang mereka.
Tidak sama dengan medsos lainnya, TikTok relatif baru setelah diunduh banyak orang. Sementara perusahaan teknologi seperti Facebook, Twitter, dan Google telah mengambil langkah serius untuk memerangi penyalahgunaan platform mereka oleh propagandis, TikTok tidak memiliki kebijakan yang ketat mengenai hal itu.
TikTok mendapat kritik keras oleh para peneliti dan media karena mengizinkan pandangan ekstremisme muncul di platformnya, yang membuat pemilik TikTok membuat kebijakan yang lebih baik.
TikTok tengah mengandalkan sebagian besar pengawasannya pada sistem internal dan AI namun tampaknya masih berjuang dalam mengawasi konten yang diproduksi penggunanya di platformnya.
TikTok telah membuat panduan komunitas terbarunya untuk menghindari penyalahgunaan platform oleh individu.
Namun, propaganda politik masih merajalela di platform tersebut, misalnya di bagian ‘live’ dari platform tersebut. Fitur ‘live’ di TikTok telah disalahgunakan untuk menyebarkan narasi politik di beberapa negara, termasuk Amerika Serikat dan juga Rusia.
Tidak seperti konten audio-visual yang diupload, fitur ‘live’ menghadirkan tantangan tersendiri karena sifat ‘streaming’ yang terjadi saat itu juga membuat Pemantauan AI menjadi kurang efektif dibandingkan jka dilakukan manusia.
Akbar Saki