BI Andalkan Jurus Triple Intervention Redam Guncangan Tarif Trump

by -393 Views

Jakarta, TERBITINDO.COM  – Kebijakan tarif impor Presiden AS Donald Trump kembali bikin panas pasar global. Bank Indonesia (BI) pun sigap bereaksi. Dengan strategi triple intervention, BI berupaya menjaga rupiah tetap stabil di tengah guncangan ekonomi dunia.

Bank Indonesia menegaskan komitmennya untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah di tengah ancaman dari kebijakan tarif impor baru yang diumumkan oleh Presiden AS, Donald Trump.

Selain itu, BI juga terus memantau secara cermat pergerakan di pasar keuangan global yang makin dinamis akibat kebijakan tersebut.

Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Ramdan Denny Prakoso, menyebut bahwa BI akan memperkuat rupiah melalui strategi triple intervention.

Intervensi ini mencakup tiga sektor utama: pasar valuta asing (valas) pada transaksi spot, Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), serta pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder.

Jaga Kepercayaan Pasar

Langkah ini bertujuan untuk memastikan ketersediaan likuiditas valas yang cukup, baik untuk kebutuhan perbankan maupun pelaku usaha.

Tak kalah penting, strategi ini juga dilakukan demi menjaga kepercayaan pelaku pasar terhadap stabilitas ekonomi nasional.

“BI tetap berkomitmen untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah,” ujar Ramdan dalam keterangannya, Sabtu (5/4/2025).

Komitmen ini menjadi sinyal kuat bahwa BI akan terus hadir menjaga stabilitas ekonomi, terutama saat tekanan eksternal meningkat.

Ramdan menjelaskan bahwa setelah pengumuman tarif impor dari AS dan langkah balasan dari China pada 4 April 2025, pasar keuangan global langsung bergerak liar.

Indeks saham dunia melemah, dan yield US Treasury turun hingga menyentuh titik terendah sejak Oktober 2024, menunjukkan kekhawatiran investor terhadap eskalasi perang dagang.

Di tengah ketegangan dagang tersebut, rupiah ikut tertekan terhadap dolar AS. Trump memberlakukan tarif impor rata-rata 10 persen untuk barang dari berbagai negara, sementara produk asal Indonesia dikenakan tarif lebih tinggi, yakni 32 persen.

Hal ini menjadikan Indonesia salah satu negara yang cukup terdampak dari kebijakan proteksionis tersebut.

Menurut data Bloomberg pada Jumat (4/4/2025) pukul 20.53 WIB, kontrak rupiah Non-Deliverable Forward (NDF) di pasar luar negeri anjlok ke posisi Rp17.006 per dolar AS.

Ini berarti rupiah melemah 1,58 persen, mencerminkan tekanan pasar yang signifikan terhadap mata uang nasional. (Tere)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

No More Posts Available.

No more pages to load.