NTT,TERBITINDO.COM – Di tengah keheningan masa puasa, umat Katolik di Riung, Flores, mengubah keprihatinan menjadi aksi nyata. Bukannya hanya berdoa, mereka turun langsung memperbaiki jalan rusak yang selama puluhan tahun luput dari perhatian pemerintah. Inilah kisah solidaritas dan harapan dari ujung timur Indonesia.
Aksi Puasa yang Menyentuh Tanah
Pada Jumat, 4 April 2025, umat Katolik Stasi Riung di Kecamatan Riung, Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur, melakukan aksi sosial yang tidak biasa. Mereka memperbaiki jalan provinsi yang rusak parah di Desa Tadho Barat, tepatnya di jalur menuju Kelurahan Benteng Tengah.
Bakti sosial ini dilengkapi dengan pengerahan alat berat untuk menimbun lubang-lubang besar di sepanjang jalan. Aksi ini sekaligus menjadi bentuk perlawanan sunyi terhadap ketidakpedulian pemerintah terhadap infrastruktur di wilayah utara Flores.
Wisata Unggul, Akses Buruk
Simeon Wake, 45 tahun, salah satu warga yang terlibat dalam kegiatan tersebut, menekankan pentingnya jalan tersebut. Ia menyebut ruas jalan itu bukan hanya vital bagi masyarakat lokal, tapi juga bagi wisatawan yang hendak menuju destinasi terkenal, 17 Pulau Riung.
“Ini jalan strategis. Wisatawan asing dan lokal lewat sini kalau mau ke pulau-pulau itu. Tapi sudah puluhan tahun rusak parah, kubangan besar di mana-mana,” ungkap Simeon.
Menurutnya, terlalu lama masyarakat menunggu perhatian pemerintah. Ketika tidak juga ada respons, mereka memutuskan untuk bertindak sendiri.
Dukungan Gereja, Gerak Bersama
Semangat gotong royong ini semakin kuat setelah umat mendapat dukungan penuh dari Romo Wempi Da Silva, Pastor Paroki Bekek. Melkior Bikung, 48 tahun, menceritakan bagaimana sang pastor mendorong umat untuk tidak hanya berdoa, tapi juga berbuat nyata dalam semangat puasa.
“Romo bilang kita bantu perbaiki. Jadi kami langsung kerja bersama. Ini jalan dalam kota kecamatan, tapi rusaknya parah. Ironis sekali, sangat kontras dengan keindahan 17 Pulau Riung,” ujar Melkior.
Musim hujan membuat jalanan semakin parah. Kubangan air bisa mencapai 60 hingga 70 sentimeter. Sedangkan saat kemarau, debu tebal menyelimuti jalan dan mengganggu aktivitas harian warga.
Jalan Rusak, Ekonomi Terganggu
Total panjang jalan yang rusak diperkirakan mencapai 5 kilometer, sebagian besar berada dalam wilayah administratif ibu kota Kecamatan Riung. Selain memperbaiki lubang jalan, warga juga membersihkan rumput liar yang menutupi badan jalan.
Kondisi ini sangat mengganggu mobilitas warga dan kegiatan ekonomi lokal. Tak hanya masyarakat biasa, Romo Wempi sendiri sering melewati jalur ini untuk melayani umat di pelosok. (Ns)