Jakarta, TERBITINDO.COM – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang tengah digencarkan di Indonesia membutuhkan strategi komprehensif agar berjalan efektif. Salah satu inspirasi datang dari Jepang, yang telah menerapkan kebijakan makan siang sekolah berbasis edukasi gizi selama puluhan tahun.
Menanggapi urgensi ini, PT Yakult Indonesia Persada menggelar Seminar Ilmiah Shokuiku – Nutrisi dan Edukasi, menghadirkan pakar serta pemangku kepentingan untuk membahas pentingnya edukasi gizi dalam mendukung program MBG.
Seminar ini dihadiri oleh 150 peserta dari berbagai latar belakang, termasuk perwakilan kementerian, ahli gizi, guru, dan bidan. Presiden Direktur PT Yakult Indonesia Persada, Hiroshi Kawaguchi, menegaskan bahwa pola makan sehat adalah fondasi kehidupan yang harus dipahami sejak dini.
“Edukasi gizi sangat penting bagi ibu hamil, ibu menyusui, dan anak sekolah. Yakult ingin berkontribusi dalam menyebarkan konsep Shokuiku, agar semakin banyak masyarakat yang sadar akan pentingnya makanan bergizi,” ujar Kawaguchi, Kamis (13/2/2025).
Yakult telah aktif dalam program uji coba makan siang gratis di beberapa sekolah di Sumedang dan Jatigede, yang tidak hanya mencakup distribusi minuman probiotik tetapi juga edukasi tentang pola hidup sehat dan peran usus dalam penyerapan nutrisi.
Jepang: Contoh Sukses Program Makan Siang Sekolah
Salah satu pembicara dalam seminar ini, Prof. Naomi Aiba, R.D., Ph.D. dari Kanagawa Institute, menjelaskan bahwa Jepang menghadapi tantangan gizi ganda—obesitas dan kekurangan gizi. Oleh karena itu, sejak diberlakukannya Undang-Undang Pendidikan Pangan pada 2005, negara tersebut memasukkan edukasi gizi ke dalam sistem pendidikan secara sistematis.
Beberapa poin utama dari sistem makan siang sekolah di Jepang:
✅ Edukasi gizi diintegrasikan dalam kurikulum sekolah, dengan keterlibatan aktif guru dan ahli gizi.
✅ Sesi makan siang berlangsung selama 45 menit sebagai bagian dari proses belajar.
✅ Menu makanan disusun sesuai usia siswa, dengan bahan pangan lokal yang sehat dan bergizi.
✅ Orang tua dilibatkan melalui buletin sekolah dan panduan menu bulanan.
✅ Anak-anak diajarkan mengunyah makanan dengan baik untuk mendukung pencernaan yang optimal dan mencegah obesitas.
✅ Makan siang menjadi momen sosial, membantu anak mengenal berbagai jenis makanan dan membangun kebiasaan makan sehat.
Sejak tahun 1889, Jepang telah mengembangkan sistem makan siang sekolah, dan pada 1949, pemerintah mengesahkan Undang-Undang Makan Siang Sekolah, memastikan semua siswa mendapatkan makanan bergizi. Pada 2005, kebijakan ini diperkuat dengan integrasi edukasi gizi dalam sistem pendidikan nasional.
Tantangan Implementasi Program MBG di Indonesia
Dr. Drs. Nyoto Suwignyo, MM, Deputi Bidang Promosi dan Kerja Sama Badan Gizi Nasional (BGN), mengakui bahwa Indonesia baru memulai implementasi MBG pada Januari 2025, dengan tantangan besar di depan.
“Jepang membutuhkan puluhan tahun untuk menyempurnakan program ini, sementara Indonesia menerapkannya secara serentak di berbagai wilayah. Ini membutuhkan dukungan dari banyak pihak,” jelasnya.
BGN yang dibentuk pada Agustus 2024 menetapkan tiga fokus utama dalam pelaksanaan MBG:
1️⃣ Regulasi dan Konsolidasi – Melibatkan berbagai instansi, termasuk TNI, Polri, Kementerian Kesehatan, dan Kantor Staf Presiden.
2️⃣ Alokasi Anggaran – Pemerintah menganggarkan Rp71 triliun untuk mendukung keberlangsungan program.
3️⃣ Pengembangan Infrastruktur Dapur Gizi – Dari target 932 dapur, saat ini baru 246 yang beroperasi, dengan rencana ekspansi hingga 30.000 dapur di seluruh Indonesia.
Nyoto menegaskan bahwa MBG bukan sekadar pemberian makanan gratis, tetapi juga upaya membangun budaya makan sehat sejak dini. Program ini akan dievaluasi setiap tiga dan enam bulan untuk mengukur efektivitasnya.
“Pemerintah akan memastikan MBG sesuai standar gizi yang ditetapkan Kementerian Kesehatan. Lebih dari itu, program ini juga harus meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pola makan sehat,” tambahnya.
Selain itu, regulasi ketat akan diterapkan dalam keamanan pangan, pemilihan wadah makan yang aman, serta edukasi cara makan yang benar.
“Program ini adalah hak dasar setiap anak Indonesia. Tidak boleh ada satu pun anak yang tertinggal dalam mendapatkan manfaat ini,” pungkas Nyoto. (Abet)