Jakarta, TERBITINDO.COM – Kesadaran akan kesehatan mental kini semakin menjadi sorotan, terutama di kalangan generasi muda.
Namun, di tengah derasnya arus informasi tentang pentingnya kesehatan mental, muncul tantangan baru: stigma sosial dan tekanan dari media sosial yang terus meningkat.
Generasi muda menghadapi tantangan kesehatan mental yang berbeda dibandingkan generasi sebelumnya.
Berdasarkan data dari WHO, kasus depresi dan kecemasan meningkat lebih dari 25% sejak pandemi COVID-19.
Di Indonesia, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2021 mencatat bahwa 6 dari 10 anak muda pernah merasakan stres berat akibat tekanan hidup.
Media sosial menjadi pedang bermata dua. Di satu sisi, platform ini memberikan ruang untuk berbagi pengalaman dan mencari dukungan.
Di sisi lain, ekspektasi untuk selalu terlihat “sempurna” di dunia maya menciptakan tekanan psikologis yang besar. Banyak anak muda merasa harus mematuhi standar sosial yang tidak realistis.
Pakar psikologi klinis, Dr. Rahmawati, menyebutkan bahwa langkah pertama dalam menghadapi masalah ini adalah dengan mengedukasi masyarakat tentang pentingnya kesehatan mental.
“Kita harus mulai dari keluarga, sekolah, dan komunitas untuk membuka dialog yang sehat,” ujarnya.
Untuk mengatasi masalah ini, berbagai pihak mulai bergerak. Komunitas seperti “Into the Light” menyediakan layanan konseling gratis dan kampanye antistigma.
Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan juga telah meluncurkan aplikasi “Sehat Jiwa” untuk mendukung kesehatan mental masyarakat.
Namun, semua langkah ini perlu dilengkapi dengan komitmen masyarakat untuk menghentikan stigma terhadap isu kesehatan mental.
Hanya dengan langkah bersama, tantangan ini bisa diatasi. Apakah Anda siap menjadi bagian dari perubahan ini? (Tere)