Jakarta, TERBITINDO.COM – Program makan bergizi gratis telah menjadi salah satu upaya penting pemerintah dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Indonesia.
Langkah ini dirancang untuk memastikan kebutuhan gizi anak-anak terpenuhi, guna mendukung tumbuh kembang optimal mereka.
Pada Senin, 25 November 2024, dalam Simposium Pangan di Indofood Tower, Jakarta Pusat, Kepala Badan Gizi Nasional menegaskan bahwa program ini memiliki fokus utama pada masa-masa kritis anak, seperti saat dalam kandungan dan usia dini, yakni tiga hingga lima tahun.
Pemerintah berkomitmen untuk memberikan menu gizi seimbang yang dapat membantu anak-anak tumbuh sehat dan kuat.
Selain upaya mencegah stunting, pemerintah juga menekankan pentingnya pemberian gizi berkelanjutan.
Tidak hanya fokus pada penanganan stunting, tetapi juga pada intervensi lebih luas untuk memastikan anak-anak memiliki perkembangan fisik dan mental yang optimal. Hal ini menjadi bagian dari strategi besar mencapai target Indonesia Emas 2045.
Pemerintah telah merancang tahapan pemberian makanan bergizi berdasarkan kelompok usia anak sekolah.
Untuk siswa PAUD hingga kelas dua SD, makanan harus disediakan pukul 07.45 dan dikonsumsi pukul 08.00.
Sementara untuk kelas tiga hingga enam SD, makanan didistribusikan pada pukul 09.00 dan dimakan pukul 09.30.
Adapun siswa SMP dan SMA menerima makanan pukul 11.30 dan memakannya pukul 12.00. Jadwal ini disampaikan dalam Rapat Koordinasi Nasional Pemerintah Pusat dan Daerah pada Kamis, 7 November 2024.
Namun, program ini tidak lepas dari kritik. Beberapa ahli menyebut desain implementasinya masih menghadapi sejumlah tantangan.
Seorang ekonom senior dari Universitas Indonesia menilai program yang sebelumnya dikenal sebagai makan siang gratis terlalu sentralistik dan kurang memperhatikan kearifan lokal di berbagai wilayah Indonesia.
Variasi pangan lokal seharusnya menjadi pertimbangan penting dalam menentukan menu yang sesuai.
Selain itu, anggaran besar yang dibutuhkan untuk program ini menjadi sorotan. Dengan estimasi biaya mencapai Rp 450 triliun per tahun, ada kekhawatiran bahwa pendanaan program ini akan membebani postur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025.
Pengamat ekonomi menilai alokasi anggaran ini berpotensi mengurangi dana untuk program perlindungan sosial lainnya, seperti subsidi BBM dan listrik, yang berimbas pada peningkatan tingkat kemiskinan.
Meskipun tantangan masih ada, program makan bergizi gratis diharapkan dapat menjadi langkah awal yang signifikan dalam menciptakan generasi Indonesia yang lebih sehat dan produktif di masa depan.
Upaya pemerintah ini memerlukan evaluasi dan penyesuaian berkelanjutan agar manfaatnya dapat dirasakan secara merata oleh seluruh masyarakat. (Apik kk.)