Jakarta, TERBITINDO.COM – Lagu berirama dolo-dolo berjudul “Selen Ro” kini tengah menjadi fenomena di Nusa Tenggara Timur (NTT), terutama di wilayah Flores Timur dan Lembata.
Lagu ini merupakan karya dari Pater Markus Solo Kewuta SVD, seorang pastor asal Flores Timur yang saat ini menjalankan tugasnya di Vatikan.
Meski awalnya dirilis di YouTube dan kurang populer, lagu tersebut kini meraih perhatian luas.
Popularitas lagu ini meningkat tajam setelah dibawakan oleh Ancis Matarau, penyanyi asal Lembata.
“Selen Ro” sekarang menjadi lagu wajib di berbagai acara adat dan keagamaan di NTT, seperti pengiring tarian pengantin, penyambutan tamu agung, dan perayaan tahbisan imam atau uskup baru.
Baru-baru ini, lagu tersebut digunakan dalam tarian penyambutan Menteri Maruarar Sirait oleh para suster di Larantuka, saat mengunjungi korban bencana erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki.
“Budaya adalah perekat identitas sebuah komunitas dan sebuah bangsa. Menuju Lamaholot dan Flotim yang semakin seni, semakin rukun, damai, dan maju. Cinta Flotim. Cinta Lamaholot,” tulis Markus Solo dalam unggahannya.
Pesan yang disampaikan melalui video tari “Selen Ro” adalah mengingatkan pentingnya cinta terhadap budaya lokal, karena seni budaya memperkuat identitas, menjaga kebhinekaan, dan memupuk kerukunan beragama dalam masyarakat.
Menurut Pater Markus, kesuksesan viral “Selen Ro” tidak lepas dari kerja sama dengan Ancis Matarau dan musisi di Univilson Maumere.
“Kalau saya sendiri, tentu tidak akan viral seperti saat ini. Semua berkat kerja sama kami bertiga yang baik, sekalipun hanya lewat WhatsApp,” ujar Pater Markus.
Sejak Juli 2007, Pater Markus menjadi anggota Dewan Kepausan untuk Dialog Antar Umat Beragama di Vatikan.
Ia adalah orang Indonesia pertama yang masuk dalam Kuria Tahta Suci Vatikan. Selain itu, sejak 2015, ia menjabat sebagai Wakil Presiden Yayasan Nostra Aetate, yang memajukan pendidikan perdamaian dan membentuk duta perdamaian lintas agama.
Di luar tugas resminya, Pater Markus memiliki hobi di bidang musik dan olahraga. Ia juga berperan sebagai Ceremonial Liturgi bagi Paus Fransiskus di Vatikan, memperlihatkan dedikasi multidimensi dalam tugasnya.
Kisah “Selen Ro” menunjukkan bagaimana seni dan budaya lokal dapat menjadi sarana mempererat identitas dan kebersamaan. (Fransiskus J.)