Pendekatan Berbasis Budaya Lokal, Kunci Sukses Program Makan Bergizi Gratis

by -715 Views
Kepala Biro Pelayanan Kesehatan Terpadu Universitas Gajah Mada (UGM), Andreasta Meliala.

Jakarta,TERBITINDO,COM – Program makan bergizi gratis menjadi salah satu upaya utama pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dalam mewujudkan generasi yang unggul.

Pendekatan yang berfokus pada budaya dan kebiasaan lokal di tiap daerah dianggap menjadi faktor utama yang membuat program makan bergizi gratis ini dapat berjalan dengan optimal.

Kepala Biro Pelayanan Kesehatan Terpadu Universitas Gajah Mada (UGM), Andreasta Meliala, menjelaskan bahwa pemahaman mendalam tentang konteks sosial budaya masyarakat sangat penting dalam perencanaan dan pelaksanaan program ini.

“Kami melihat program ini berbasis bukti. Bukti-bukti ini sudah dihasilkan dan diterapkan, dengan hasil yang sudah terlihat,” ungkapnya dalam Forum Merdeka Barat (FMB9) bertema ‘Makan Bergizi Gratis: Dari Sini Kita Mulai!’, Senin (4/11/2024).

Andreasta menegaskan bahwa makanan bergizi telah terbukti secara ilmiah dapat membantu mengatasi masalah kesehatan, seperti obesitas dan kekurangan gizi, yang merupakan tantangan serius di Indonesia saat ini.

Dalam hal ini, program makan bergizi gratis diharapkan mampu menangani dua isu tersebut secara bersamaan.

Menurut Andreasta, penyesuaian budaya merupakan aspek krusial dalam pelaksanaan program gizi gratis.

Program ini harus memperhatikan kebiasaan dan preferensi makanan masyarakat setempat.

Sebagai contoh, masyarakat di daerah pesisir mungkin lebih terbiasa mengonsumsi ikan, sedangkan di wilayah pegunungan, pola makan mereka berbeda.

“Untuk itu, kita perlu membuat matriks yang jelas,” katanya.

Untuk memastikan efektivitas program, Andreasta juga menyoroti pentingnya kolaborasi antar pihak dan pemangku kepentingan.

Dengan adanya skema yang tepat, program ini diharapkan mampu menghasilkan model yang dapat diterapkan di berbagai lokasi.

Kondisi sosial budaya masyarakat dan kapasitas sumber daya lokal, “untuk menyediakan bahan makanan hingga kesiapan dapur perlu diperhatikan,” jelasnya.

Andreasta menjelaskan bahwa penelitian dari akademisi sangat diperlukan untuk memastikan program makanan bergizi ini benar-benar efektif dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat.

Oleh karena itu, kementerian terkait harus memberikan mandat kepada peneliti untuk melakukan kajian di wilayah-wilayah tertentu.

“Contohnya, model kajian A bisa sangat cocok diterapkan di lokasi tertentu,” ujarnya.

Ia juga menekankan bahwa fasilitas kesehatan dapat berperan sebagai sumber pendukung keberhasilan program ini.

Selain itu, instansi seperti TNI dan Polri yang memiliki jaringan di daerah terpencil bisa dimanfaatkan untuk distribusi makanan bergizi.

Ia mengatakan, TNI dan Polri memiliki pola-pola pendekatat yang baik dan efektif  dengan masyarakat di pelosok.

Dengan memahami konteks lokal dan bekerja sama antar lembaga, Andreasta optimis bahwa program makanan bergizi gratis dapat berjalan secara efektif.

Strategi yang tepat akan membantu meningkatkan status gizi masyarakat sekaligus mendukung keberlangsungan budaya lokal dalam pola konsumsi sehat.

Pada akhirnya, adaptasi program makan bergizi gratis yang disesuaikan dengan budaya lokal tiap daerah menjadi kunci untuk mencapai tujuan yang lebih besar.

Melalui pendekatan yang tepat, program ini diharapkan memberikan dampak positif yang signifikan dalam meningkatkan kesehatan masyarakat Indonesia secara luas.***

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

No More Posts Available.

No more pages to load.