Thomas Jehaman Kuli Bangunan: Saya Ingin Anak Saya Menempu Pendidikan Tinggi

by -1783 Views

Jakarta,TERBITINDO.COM – Di sebuah rumah kecil yang berukuran luas 6 x7, pada Kamis, 30/03/2023 sekitar pukul 12.30 wita, sambil menikmat santap siang, saya mendengar ungkapan hati seorang bapak yang dengan semangat menceritakan kisah hidupnya.

Kisahnya penuh makna. Masa lalunya penuh pendiritaan. Walau demikian ia tetap gigih berjuang untuk mendapatkan kehidupan yang pantas dan layak.

Bapak Thomas adalah seorang anak piatu. Beliau lahir di desa Pingggang, 18 Juli 1964. Ibunya sudah meninggal waktu ia masih duduk di bangku kelas 6 Sekolah Dasar. Sejak saat itulah bapak Thomas ini tidak bisa melanjutkan pendidikannya. Kondisi ini, membuatnya memberanikan diri untuk bisa mandiri dan bertanggung jawab. Ia berjuang seorang diri demi membiayai sekolah adik-adiknya yang masih kecil.

Situasi Hening namun Reok saat itu diselimut oleh cuaca panasnya. Bapak Thomas membagi ceritanya secara detail apa yang menjadi titik terberat dari kehidupannya saat itu.

Kisahnya dimulai. Ia memulai perjuangannya dengan berjualan daging babi keliling di kota Ruteng. Setelah itu ia memulai pertualangan baru di Kecamatan Reok, bagian paling Utara dari kota Ruteng. Semua ini ia lakukan untuk membawa dirinya keluar dari zona nyaman sekaligus untuk melukis pengalama baru.

Di Reok ia bekerja sebagai kuli bangunan. Bapak Thomas adalah salah satu dari sebagian orang tua yang berjuang untuk menafkahi keluarganya dengan bekerja sebagai kuli bangunan. Ia tak perna mengeluh meskipun raganya tak muda lagi.

Topi hitam dengan baju merah oblong, celana panjang yang menutupi kakinya simbol perlawanannya terhadap panasnya matahari. Tubuhnya bercucuran keringat. Ia tak perna putus asa. Tak pernah membuat langkah mundur walaupun ia sadar persaingan dalam pekerjaannya itu sangat berat. Ia percaya bahwa rejeki sudah diatur oleh sang kuasa.

“Sesampainya di Reo,bapak juga pernah kerja jadi satpam di kantor pengadilan tapi tidak bertahan lama mungkin karna bukan jalan dari Tuhan,” ujar beliau saat membela diri dari pertanyan ‘kenapa’ dari anak-anaknya itu.

Kulih bangungan akhirnya jadi pilihannya untuk berjuang dan melanjutkan hidup. Ia harus melawan teriknya matahari dan berpanas-panasan. Ia dengan kesadaran penuh bahwa pendapatan yang ia terima kecil dengan meninggalkan pekerjan yang tedu dalam ruangan tertutup.

Walaupun dengan penghasilan yang sedikit dengan langkahnya pekerjaan ditambah lagi sedikitnya minat konsumen terhadap jasanya namun kami melihat ia memiliki ketabaahan khususnya dalam menyekolahkan kelima anaknya itu.

Tentu bukan soal keberuntungan yang ia miliki dalam membiayai sekolah anak-anaknya tapi bagaimana sosok seorang ayah yang bertanggung jawab untuk masa depan dan kebahagiaan dari anak-anaknya.

Anak pertamanya telah menyelesaikan studi D3 keperawatan dan sekarang bekerja di bidang kesehatan Anak keduanyabjuga telah menyelesaikan studi sarjan keguruan matematika dan sekarang mengajar. Sementara anak ketiganya sudah menyelesaikan studi sarjana keguruan matematika dan sudah mengajar. Sedangkan anak keempat sedang menyelesaikan skripsi bidang teknik sipil di salah satu kampus di Kupang. Kemudian anak bungsunya menyandang status mahasiswa semester 2 dan tengah bergelut untuk mempertahankan beasiswanya di Unika Ruteng.

“Kalau bapa hanya tamat SD setidaknya kamu sedikit yang bisa lebih dari bapak,” ungkap beliau dengan suara yang sedikit pelan dengan tatapan yang begitu tajam mengharapkan anak-anaknya bisa sekolah dengan baik.

Proses perjuangan beliau sungguh diberkati Tuhan. Ia dikaruniai seorang istri yang selalu mendukung dan mau berjuang bersamanya.

Tidak romantis tapi setiap waktu yang dijalani bersama itu sudah bisa menjadikan cerita yang romantis tanpa drama meninggalkan satu terhadap yang lain.
Di umur yang tak muda lagi beliau ini sudah berhasil mendidik anak-anak itu dan membesarkan nya dengan tangannya sendiri.

Ia belajar untuk menjadi seorang yang sederhana dan bersyukur disetiap proses kehidupan, karena semuanya itu bisa dilakukan dengan ketabahan hati.

Amelia Villani Jehaman

(Mahasiswi PBSI 2022 B FKIP Universitas Katholik santo Paulus Ruteng)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

No More Posts Available.

No more pages to load.