Ruteng,TERBITINDO.COM – Laki-laki itu memiliki muka yang kecil. Hidung mancung. Rambutna keriting. Ia memiliki postur badan yang pendek dan kurus. Dia adalah Bapak Gregorius Hadu. Ia berprofesi sebagai penggali pasir.
Gregorius Hadu, seorang ayah yang usianya sekitar 52 tahun. Sejak pagi menjelang sore ia tekun menggali pasir dan membela batu. Pekerjaan itulah yang menjadi lumbung rejekinya sehari-hari. Sekitar 25 tahun sudah, pria ini menggeluti pekerjaannya. Hasil kerja ini menjadi sumber penghasilan untuk menghidupi istri dan menyekolahkan kedua anaknya. Adapun istrinya hanya seorang buruh tani yang penghasilannya tidak menentu.
Raut wajahnya penuh kerutan. Kelelahan di wajahnya juga hampri tak bisa ia sembunyikan. Kulitnya terbakar sinar matahari. Penuh bercak hitam.
Panasnya sinar matahari, membuatnya sesekali mengipas tubuhnya dengan topi satu-satunya yang ia miliki.
Di pengujung hari, ia sering terlihat khawatir, apalagi kalau belum ada orang yang datang untuk membeli pasir atau batu. Setiap hari beliau berangkat dari rumahnya menuju tempat dia bekerja dengan berjalan kaki. Bapak Gregorius bekerja mulai dari pukul 08.00 sampai 16.00. “ya gak tentu,dalam seminggu kadang-kadang dapat 400 ribu,” tuturnya kepada kami ketika dikonfirmasi di sela-sela kesibukannya.
Pada kesempatan yang sama, ia juga menjelaskan lamanya ia bekerja sebagai penggali pasir. ”saya bekerja sebagai penggali pasir sekitar 25 tahun,” ujarnya sembari tersenyum.
Walaupun penghasilan beliau tiap harinya tidak seberapa dan tidak menentu, namun kesetiaan dan kecintaannya pada pekerjaan tersebut jadi kunci keberhasilannya. Dengan usia yang sudah tidak muda lagi, tenaga yang sudah tidak seperti dulu lagi, namun beliau tetap dengan semangat menjalani pekerjaannya.
Bapak Gregorius mempunyai keinginan besar untuk menyekolahkan anaknya sampai sarjana.
“Saya sungguh mencintai pekerjaan ini. Saya akan berjuang sekuat tenaga sehingga bisa membiayai pendidikan anak saya sampai sarjana. Ini satu-satunya jalan untuk mengubah nasib keluarga saya untuk jadi lebih baik, ” ungkap bapak Gregorius mengakhiri percakapan kami.
Maria Sarina