Pilkada DKI 2017 Menjijikkan, Denny Siregar: Ada Gerakan untuk Mencuci Bersih Nama Anies Baswedan

by -6267 Views

Jakarta,TERBITINDO.COM – Helatan akbar pemilihan Presiden RI tahun 2024 masih dua tahun lagi. Namun tensi politik tanah air sudah nampak memanas. Pada September 2023 sesungguhnya waktu dimulai dimana waktu pendaftaran calon presiden dibuka.

Pegiat media sosial, Denny Siregar tak heran jika dari sekarang para calon sudah mulai tebar pesona, menampilkan dirinya merebut simpati dari masyarakat.

Denny menerangkan, dari rangkuman sejumlah lembaga survei, nama Ganjar Pranowo sudah melewati elektabilitas Prabowo Subianto.

“Ganjar sepertinya punya aura menarik untuk dijadikan capres. Karena selain penampilannya yang menarik, dia juga muda, merakyat dan tegas terhadap kelompok radikal di wilayahnya,” terang Denny Siregar dalam program Time Line with Denny Siregar yang ditayangkan di kanal YouTube Cokro TV, dikutip pada Rabu (11/5/2022).

Menurut Denny, gubernur Jawa Tengah itu sampai sekarang masih dianggap penerus Jokowi.

Lebih lanjut ia mengatakan, ada yang lucu, salah satu calon kontestan Pilpres 2024 adalah Anies Baswedan. Ia menjelaskan akhir Oktober 2022 ini Anies akan kehilangan panggung raksasa karena masa jabatannya sebagai Gubernur DKI Jakarta telah habis.

“Karena itulah tim sukses Anies mulai bermanuver agar Anies tidak dilupakan,” ungkap Denny.

Salah satunya mencoba membersihkan nama Anies dari ‘kotornya’ politik identitas di Pilgub DKI 2017 lalu.

“Sebenarnya kata kotor masih terlalu sopan. Saya sih bilang kalau Pilkada DKI 2017 itu adalah pemilu kita yang paling barbar, paling menjijikkan,” tegasnya.

Denny menuturkan Pilgub DKI 2017 itu adalah awal mula terjadinya perpecahan di negeri ini karena politik identitas.

Ia kemudian bicara kembali banyaknya spanduk yang bertebaran di masjid-masjid di Jakarta yang melarang mensalatkan jenazah mereka yang memilih Ahok sebagai calon gubernur.

“Bahkan perihnya lagi, calon wagub Djarot diusir dari masjid saat akan melaksanakan salat Jumat. Inilah awal mula polarisasi yang terjadi di Indonesia,” tegasnya.

Belum lagi katanya, ada nenek Hindun yang enggan disalatkan oleh masjid dekat rumahnya hanya karena berbeda pilihan politik.

“Perihnya bukan karena Ahok kalah, tapi bagaimana masyarakat kita terbelah. Nasionalis dan agamis terbelah. Anies memanfaatkan itu untuk memenangkan pertarungan,” terang Denny.

Namun ada lucunya, kata Denny, sekarang tiba-tiba ada gerakan untuk mencuci bersih nama Anies Baswedan dari kotornya Pilgub DKI 2017.

“Awalnya mereka menuding polarisasi terjadi oleh mereka yang mempopulerkan kata kadrun. Lalu kisah nenek Hindun dianggap hoaks. Lalu dibilang Anies dalam Pilgub DKI 2017 itu juga korban dan tidak terlibat dalam politik identitas,” pungkas Denny.

Akbar Saki