Pengamat: Pemilu 2024 Bebas dari Politik Identitas, Ini Alasannya

by -12778 Views

Jakarta,TERBITINDO.COM – Perhelatan Pemilihan Umum 2024 diperkirakan tidak akan sepanas pemilu sebelumnya yakni 2014 dan 2019. Hal itu meneurut pengamat disebabkan oleh politik identitas tak lagi mendominasi gelaran pesta demokrasi lima tahunan di Indonesia.

Menurut pengamat, Pemilu 2019 utamanya, politik identitas kental dijadikan senjata bagi kelompok dan organisasi tertentu untuk menjatuhkan lawan politiknya.

Direktur Utama Paramadina Public Policy Institute, Ahmad khoirul Umam mengatakan persaingan politik tidak lagi sepanas pemilu 2019 jika merujuk pada skenario tiga calon presiden pada Pemilu 2024 yang dirilis lembaga survei SMRC baru-baru ini.

Dalam rilis tersebut, SMRC membuat tiga skenario tiga tokoh politik, masing-masing yakni, Prabowo Subianto, Anies Baswedan, dan Ganjar Pranowo.

“Kalau merujuk tiga itu, maka potensinya narasi tentang politik identitas akan menurun,” jelas Umam dalam diskusi daring bertajuk ‘Peran dan Tantangan Politik Islam Menuju Pemilu 2024’, Selasa (19/4/2022).

Umam menambahkan melemahnya politik identitas pada Pemilu 2024 karena kubu Prabowo yang dalam pemilu sebelumnya sangat memanfaatkan basis kelompok Islam kanan, kini justru menunjukkan citra sebaliknya. Terutama usai ia dan pasangannya kala itu, resmi masuk kabinet Presiden Joko Widodo.

Menurut Umam kondisi tersebut dinilai sebagai inkonsistensi dalam komunikasi politik Prabowo. Dia meyakini kekuatan Prabowo dalam memanfaatkan kelompok Islam kanan tak akan sekuat pada 2019 maupun 2014.

“Kalau misal terjadi koreksi, tidak yakin Prabowo akan menggunakan politik identitas lagi. Karena dia sudah dianggap inkonsisten dengan klaim dan langkah politiknya,” terangnya.

Sedangkan kubu Anies kata Umam memiliki kemungkinan kecil akan memanfaatkan kelompok Islam pada Pemilu 2024 mendatang. Menurut dia, Anies tak lagi bisa menggunakan sayap kanan untuk mendulang suara pada Pilpres 2024.

Namun umam tak bisa memungkiri, potensi sejumlah pihak untuk kembali memanfaatkan sayap kanan pada Pilpres tetap ada. Sebab, mau tidak mau, katanya, politik identitas merupakan isu yang paling murah dan efektif digunakan dalam momentum elektoral.

“Karena ini adalah murah meriah, efektif memobilisasi kekuatan massa, terpenting dari segmen Islam, di bawah Jokowi relatif minim ruang dialog dengan kelompok muslim ini,” jelasnya.

“Nah, kekecewaan, kemarahan kelompok ini, kalau sudah tidak di-maintenance maka ini terkonsolidasi dengan baik untuk memberikan dukungan pada siapapun,” lanjut Umam menutupi pembicaraannya.

Akbar Saki

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

No More Posts Available.

No more pages to load.