Jakarta,TERBITINDO.COM – Koperasi memiliki keunggulan yang unik, sebagai entitas bisnis yang berkarakter sosial. Karakter ganda koperasi inilah yang telah mendorong terwujudnya keadilan ekonomi dan pembangunan berkelanjutan di banyak negara.
Hal tersebut terungkap dalam Seminar Konsultasi Internasional yang bertajuk, “Koperasi Membangun Demokrasi Ekonomi Berkelanjutan”.
Adapun seminar ini berlangsung di Jakarta pada Rabu (13/4/2022) malam.
Kegiatan ini diinisiasi oleh Induk Koperasi Usaha Rakyat ( INKUR Federation) anggota International Cooperative Alliance ( ICA) dalam platform kerjasama organisasi masyarakat sipil dunia C20 untuk dialog politik dalam forum G20 Indonesia.
Howard Brodsky sebagai CEO dan Ketua Koperasi CCA Global Partner, dan ketua Working Group ICA untuk G20 menjelaskan koprasi berbeda dengan perusahan kapitalis.
“Koperasi berbeda dengan perusahaan kapitalis dan tempatkan orang sebagai yang utama, koperasi telah buktikan bahwa demokrasi, kesetaraan dapat bekerja efektif dalam bisnis,” jelas Howard.
lebih lanjut ia menerangkan, setidaknya saat ini menurut ICA ada 1,2 milyar orang di bumi adalah kooperator atau jadi pemilik koperasi dari 3 juta koperasi tingkat primer di seluruh dunia.
“Koperasi telah memberikan pekerjaan kepada 10% dari angkatan kerja di dunia. Dari tiga ratus koperasi terbesar dunia telah menghasilkan omset 2.146 miliar USD,” katanya.
Sementara Osaku Nakamo, dari Japanesse Worker Cooperative Union ( JWCU) mengatakan koprasi telah memberi pekerjaan yang layak bagi banyak orang di dunia ini.
“Koperasi telah memberikan pekerjaan yang layak bagi banyak orang di semua negara,” terangnya.
Secara sektoral katanya, koperasi juga tidak hanya bergerak di sektor ritel kecil kebutuhan sehari hari namun jasa keuangan seperti perbankkan, asuransi, sektor pangan dan bahkan ke dalam layanan publik seperti kesehatan.
“Mereka adalah layanan yang nyaman bagi banyak orang karena sistem kepemilikan layanan kesehatan itu juga dimiliki oleh para pasienya,” jelasnya.
Dalam sektor keuangan misalnya, bank bank koperasi yang dimiliki nasabahnya seperti Bank Agricole, Desjardin Bank, telah menjadi bank kelas dunia dan mereka bahkan menjadi bank bank terbaik di negaranya.
Sedangkan Bhima Subrahmanyam, Presiden International Cooperative Banking Association ( ICBA) menyampaikan hal terkait tantangan internal dan eksternal dalam mendorong sistim keuangan berkelanjutan.
“Untuk mendorong sistem keuangan berkelanjutan memiliki tantangan internal dan eksternal. Tantangan eksternal yang penting adalah bagaimana koperasi itu ada dalam kebijakan fiskal dan juga moneter. Termasuk di dalamnya rekognisi bank sentral, ketersediaan subsidi dalam fiskal dan lain lain,” paparnya.
Selai itu, pembicara lain, Carlos Zarko, presiden International Health Cooperative Organization (IHCO), salah satu organisasi sektoral koperasi kesehatan ICA menjelaskan, “Koperasi kesehatan di seluruh dunia tak hanya telah ikut membantu untuk melayani para pasien Covid 19 secara baik, tapi juga mendorong mitigasi dampak sosial dan ekonominya” jelasnya.
Lebih lanjut ia mengatakan, tak hanya berhasil dalam bisnis, koperasi juga telah banyak mengatraksi hal penting dalam pengembangan peran pemuda, perempuan, penyandang disabilitas dalam konteks pembangunan yang inklusif.
Sementara pembicara dari INKUR Federation Eva Sundari, mengatakan, ” Koperasi telah mendorong keadilan gender dalam arti yang luas, tak hanya mendorong peranan perempuan tapi juga pemuda, difabel dan mereka yang rentan, koperasi dengan nilai nilai dan prinsip utamanya telah mendorong bagaimana ciptakan keadilan dalam sistem pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan,” terangnya.
Dalam konteks kepedulian lingkungan, lanjut Eva mengenai kepedulian gerakan koperasi itu dengan contoh Koperasi NTUC Fair Price yang kuasai 55 persen pangsa pasar ritel di Singapura.
“Ketika terjadi krisis akibat kebakaran hutan dan sebabkan asap dimana mana, koperasi ini melakukan protes keras dengan membuang tisu di jalanan, sementara perusahaan ritel swasta lain melihatnya hanya sebagai keuntungan. Ini bukti bahwa koperasi itu dihidupi oleh nilai yang tinggi untuk menjaga planet”, tegasnya.
Sementara itu Maftuchan, sebagai ketua Sherpa C20 dan Direktur Eksekutif PRAKARSA membeberkan,”Di bawah kepresidenan Indonesia, C20 berkomitmen untuk mengadvokasi rekomendasi kebijakan berbasis bukti. Isu prioritasnya didasarkan pada seruan global yang mendesak untuk menyelesaikan masalah sosial ekonomi yang menyentuh kehidupan sehari-hari masyarakat, mulai dari kesejahteraan pekerja migran dan kelompok rentan, akses vaksin COVID-19, pemberdayaan perempuan, hingga transisi energi dan koperasi memiliki peran strategis dan penting untuk ini,” tegasnya.
Diketahui Federasi INKUR, sebagai salah satu anggota International Cooperative Alliance (ICA) di Indonesia, memimpin proses untuk memastikan suara dan prioritas koperasi dimasukkan dalam diskusi kelompok kerja C20 tahun ini setelah ditolak oleh Working Group Bussiness 20 ( B20).
Koperasi memiliki banyak hal untuk ditawarkan dalam hal kontribusi terhadap kebaikan ekonomi, masyarakat, dan lingkungan.
Model bisnis koperasi telah membuktikan dirinya selama lebih dari 250 tahun sebagai katalis untuk diversifikasi ekonomi, keberlanjutan, dan pertumbuhan bagi masyarakat pedesaan dan masyarakat adat.
Koperasi telah menunjukkan ketahanan di saat krisis ekonomi dan keuangan pada krisis kesehatan yang sedang berlangsung akibat pandemi covid-19. Koperasi terbukti menjadi bisnis dan mitra yang dapat diandalkan.
Koperasi sejak 2016 telah diakui dalam inisiatif pembangunan global seperti putusan PBB dokumen hasil Rio+20, Dokumen Hasil Pembiayaan Pembangunan dan Agenda PBB 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan.
Dalam hal inilah Federasi INKUR bekerja sama dengan ICA dan Working Group C20 untuk Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) dan Kemanusiaan menyelenggarakan kegiatan di bawah kerangka C20 untuk mengevaluasi kontribusi utama terhadap SDGs oleh koperasi vis-à-vis prioritas C20.
Acara berjalan dengan lancar dengan dimoderatori oleh Mahfirlana Mashadi, aktifis koperasi Indonesia dan Robby Tulus mantan Regional Director ICA Asia Pasifik dari Canada. Kegiatan seminar tersebut dihadiri oleh 146 orang yang berasal dari perwakilan organisasi masyarakat sipil dari 56 negara.
Redaksi